4 Alasan Kristen Protestan menolak tambahan kitab-kitab Apocrypha / Deuterokanonika dalam Alkitab.


Posting ini merupakan bagian dari posting tentang Kanon dan Pengkanonan Alkitab.

Alkitab yang kita akui terdiri dari 66 kitab, yaitu 39 kitab-kitab Perjanjian Lama dan 27 kitab-kitab Perjanjian Baru, dan hanya kitab-kitab ini yang boleh dijadikan dasar ajaran / kepercayaan.



4 Alasan Kristen Protestan menolak kitab-kitab Apocrypha / Deuterokanonika :





1. Dalam Perjanjian Baru, ada kira-kira 260 kutipan langsung dari Perjanjian Lama, dan juga ada kira-kira 370 penggunaan bagian-bagian Perjanjian Lama yang tidak merupakan kutipan langsung. Ini menunjukkan bahwa baik Yesus maupun rasul-rasul mengakui otoritas Perjanjian Lama sebagai Firman Allah, dan menggunakannya sebagai dasar hidup, iman dan ajaran mereka. Tetapi baik Yesus maupun rasul-rasul tidak pernah mengutip dari kitab-kitab Apocrypha / Deuterokanonika tersebut sebagai dasar ajaran mereka, padahal kitab-kitab Apocrypha / Deuterokanonika itu sudah ada / beredar pada jaman Tuhan Yesus hidup di dunia ini. Ini menunjukkan bahwa mereka tidak mengakui kitab-kitab Apocry¬pha itu sebagai Firman Allah!



2. Penulis kitab-kitab Apocrypha itu sendiri tidak menunjukkan dirinya sebagai penulis Firman Tuhan yang diberikan Allah kepada manusia.
 
Untuk itu bandingkan Wahyu 22:18-19 yang terletak pada akhir Kitab Suci / Perjanjian Baru dengan 2Makabe 15:37b-38 yang terletak pada akhir dari kitab-kitab Deuterokanonika:
 
Wahyu 22:18-19 berbunyi: “(18) Aku bersaksi kepada setiap orang yang mendengar perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini: Jika seorang menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan ini, maka Allah akan menambahkan kepadanya malapetaka-mala-petaka yang tertulis di dalam kitab ini. (19) Dan jikalau seorang mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan dari kitab nubuat ini, maka Allah akan mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus seperti yang tertulis di dalam kitab ini”.
Dari Wahyu 22:18-19 ini terlihat dengan jelas otoritas dari tulisan rasul Yohanes ini sebagai Firman Tuhan yang tidak boleh ditambahi ataupun dikurangi.
 
Sekarang bandingkan dengan 2Makabe 15:37b-38 yang berbunyi: “(37b) Maka aku sendiripun mau mengakhiri kisah ini. (38) Jika susunannya baik lagi tepat, maka itulah yang kukehendaki. Tetapi jika susunannya hanya sedang-sedang dan setengah-setengah saja, maka hanya itulah yang mungkin bagiku”.
Ini sama sekali tidak menunjukkan orang yang menuliskan Firman Tuhan di bawah pengilhaman Roh Kudus! Perhatikan kata-kata ‘kukehendaki’ dan ‘hanya itulah yang mungkin bagi-ku’. Bagaimana kita bisa mempercayai otoritas tulisan seperti ini, sedangkan penulisnya sendiripun tidak yakin akan kebe-naran tulisannya!



3. Dalam kitab-kitab Apocrypha itu ada kesalahan-kesalahan, seperti:
 
Yudit 1:1,7,11 menyebut Nebukadnezar sebagai raja Asyur di Niniwe (bdk. juga dengan Yudit 1:16 2:1,4,14,21 4:1), sedangkan kita tahu bahwa sebetulnya Nebukadnezar adalah raja Babilonia (Daniel 4:4-6,30).
 
Tobit 5:13 menceritakan tentang seorang malaikat yang bernama Rafael, yang berdusta dengan memperkenalkan dirinya sebagai ‘Azarya bin Ananias’, atau ‘Azarya anak laki-laki dari Ananias’.
Bagaimana mungkin kitab-kitab yang mengandung kesalahan seperti itu bisa disetingkatkan dengan Kitab Suci / Firman Tuhan?



4. Dalam kitab-kitab Apocrypha ada doktrin ‘salvation by works’ ( = keselamatan karena perbuatan baik) yang sesat / tidak alkitabiah.
 
Contoh:
 
Tobit 4:10 - “Memang sedekah melepaskan dari maut dan tidak membiarkan orang masuk ke dalam kegelapan”.
Tobit 12:9 - “Memang sedekah melepaskan dari maut dan menghapus setiap dosa”.
Tobit 14:10-11a - “Nak, ingatlah kepada apa yang telah diperbuat Nadab kepada bapa pengasuhnya, yaitu Ahikar. Bukankah Ahikar hidup-hidup diturunkan ke bagian bawah bumi? Tetapi Allah telah membalas kelaliman Nadab ke atas kepalanya sendiri. Ahikar keluar menuju cahaya, sedangkan Nadab turun ke kegelapan kekal, oleh karena ia telah berusaha membunuh Ahikar. Karena melakukan kebajikan maka Ahikar luput dari jerat maut yang dipasang baginya oleh Nadab. Sedangkan Nadab jatuh ke dalam jerat maut yang juga membinasakannya. Makanya anak-anakku, camkanlah apa yang dihasilkan oleh sedekah dan apa yang dihasilkan oleh kelaliman”.
Sirakh 3:3 - “Barangsiapa menghormati bapanya memulihkan dosa”.
 

Doktrin ‘Salvation by works’ ( = keselamatan karena perbuatan baik) yang sesat / tidak alkitabiah ini jelas bertentangan dengan ayat-ayat di bawah ini:
 
Roma 3:27-28 - “(27) Jika demikian, apa dasarnya untuk bermegah? Tidak ada! Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan iman! (28) Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat”.
Galatia 2:16a - “Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus”.
Galatia 2:21b - “... sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus”.
Efesus 2:8-9 - “(8) Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, (9) itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri”.

 

Sumber : Hermeneutics oleh Pdt. Budi Asali, MDiv.


3 komentar:

  1. Padahal udah dibilang sama Tuhan jangan ngurang-ngurangin Alkitab,lol.

    BalasHapus
  2. bentar-bentar, bukannya kita harus paham dulu
    apa itu apokrifa?
    dan konteks kitab2 itu?

    jika dipandang dari sudut konteks jaman, untuk sebuah keselamatan
    maka perjanjian lama dalam kisah2 para raja dan nabi2 juga seharusnya tidak cocok dong? jadi kalau untuk ukuran takaran keselamatan, kalau bisa "harus" diukur dari konteks jaman...lagian kitab apokrif itu kan hanya tambahan, bukan sebuah kitab..namun hanya sebuah "buku diary" para saksi2 pada jaman itu

    semisal takaran keselamatan PB kan dari Kristus karena penggenapan dari PL, tidak bisa disandingkan pemahaman keselamatan orang2 sebelum Kristus, itu maksudnya

    BalasHapus